sketsa panorama do'a

oleh Ranzia Al-anam

lima menit yang lalu abah memanggilku untuk menemui akhi nurkamil, begitu sebutan abah kepadanya, aku sendiri tak tahu siapa wajah bukan asing yang sering menemui abah setiap hari dan ku temui barang beberapa menit saja di di ruang kerja abah, tak ada sepatah katapun yang berlaiu lewat di ungkapkan keduanya hanya sekedar memandangiku, menepak bahu, dan menyuruhku keluar kembali menyelesaikan aktivitas di dalam ruang, ruang megah yang ku anggap penjara hitam, tanpa lubang udara, tanpa suara, dan tanpa kekuatan cahaya berdimensi besar...hanya kerdipan lilin yang meleleh sebentar menunggu mati dan coretan pena berwarna warni beserta buku gambar kesayanganku...

"hari ini garis merah yang kecil ku gambar menjadi sedikit besar dengan lebar 2 cm dan panjangnya 5 cm, setelahnya ujung garis ku tarik dengan warna biru bersalur melingkar hingga menyerupai gambar yang sempat kulihat tadi di ruang kerja abah, aku ingat sesuatu, sepertinya itu gambar cincin yang tebuat dari wol bi Icha, dia sering mengantarkan makanan setiap hari untukku dengan lingkaran bulat di jarinya."

tiba-tiba suara langkah kaki 2 orang berjalan terdengar di telinga, sebentar terdengar begitu jelas mendekat, menghampiri dan spontan ku balikan badan ternyata abah dan akhi Nur. tanpa suara, matanya tajam menatap gambar yang ku buat persis seperti gambar di ruang kerja abah.

"kamu ingat sesuatu?"

akhi nur mengeluar kan suara dengan pertanyaan seperti itu, baru kali ini aku mendapati dia berbicara padahal telah beberapa bulan ini semenjak pertama kali melihatnya belum sama sekali terlihat berucap barang satu patah katapun kepadaku mungkin karena aku menghabiskan waktu siang malamku di tempat yang tak bertuan ini atau mungkin karena dia tak mau berbicara denganku.entahlah, padahal selama ini aku butuh sekali teman untuk bercakap.

"bibibibibibibi icicic....chacacaca."
"bi icha?!!!"

abah berlari kencang sekali sambil berteriak dengan memanggil nama icha, aku menangis, merobek-robek gambar yang semula ku buat, menjerit, ingin rasanya keluar dari tempat pengap ini menemui teman2 ku di luar sana teringat saat kita bermain gundu, petak umpet, kejar-kejaran dan yang paling ku ingat saat bi icha menjambak rambutku, mngikat tanganku, menutup mulutku dan menamparku lalu menendangku sebelum akhirnya iya memberiku pil yang sontak membuat aku terkapar lemah tak berdaya di lapang hutan tempat biasa kita bermain.

akhi nur mendekapku membawaku baerjalan pergi ke suatu tempat ku tatap bola merah berdimensi besar"indah sekali."
abah datang melambaikan tangan dan tertidur diatas rumput hijau taman rumah, ku kira dia kelelahan setelah berlari maka tertidur namun ternyata dia pergi untuk selamanya, di tangannya kudapati secuil kertas dengan tulisan berisikan........"kasihani anakku"
akhi Nur menangis di iringi tangisanku,

nissan itu.....
"AKU TELAH BERUMUR !7 TAHUN ABAH"
Senin, 20 September 2010